Sebut Asal Usul Covid-19 Butuh Sains, China Klaim Tindakan Intelejen AS Masih Dipolitisasi

- 25 Agustus 2021, 19:50 WIB
China sebut asal usul Covid-19 butuh sains, sehingga tindakan intelejen AS diklaim sampai saat ini masih penuh politisasi.
China sebut asal usul Covid-19 butuh sains, sehingga tindakan intelejen AS diklaim sampai saat ini masih penuh politisasi. /Pixabay/geralt

PR PANGANDARAN - Pemerintah China melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin kembali menanggapi laporan intelijen AS tentang asal-usul Covid-19, sebagai tindakan anti-sains yang tidak dapat diandalkan.

"Semua orang tahu bahwa pelacakan asal membutuhkan sains, bukan intelijen. Ini adalah anti-sains itu sendiri untuk melacak asal usul Covid-19 dengan menggunakan badan intelijen," kata Wang Wenbin memberi tanggapan mewakili Pemerintah China.

Lebih lanjut, China masih mendesak AS untuk kembali ke jalur yang benar dan berhenti politisasi asal usul Covid-19.

“Menelusuri asal usul Covid-19 membutuhkan kesatuan, bukan pembingkaian,” tambahnya.

Baca Juga: ENHYPEN Akan Comeback Akhir September 2021 dengan Merilis Album Baru

Wang mengatakan politisasi AS dari perang anti-pandemi sejak awal telah mengakibatkan jumlah infeksi dan kematian tertinggi di negara itu, bahkan banyak warga AS telah membayar harga yang mahal.

"Kami mendesak AS untuk bertindak demi kepentingan kehidupan dan kesehatan rakyatnya sendiri dan orang-orang di seluruh dunia, berhenti mempolitisasi masalah ini dan kembali ke jalur yang benar dari penelusuran asal usul Covid-19 secara ilmiah sesegera mungkin," tegasnya.

Beberapa hari sebelumnya, dasbor yang diperbarui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan bahwa kematian pertama negara itu terkait dengan Covid-19 terjadi pada Januari 2020, beberapa minggu lebih awal dari yang dilaporkan secara resmi sebelumnya.

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 25 Agustus 2021: Nino Akan Pulih saat Reyna Panggil 'Papa'

Berbagai penelitian juga menunjukkan keberadaan Covid-19 di negara itu jauh lebih awal dari yang diketahui sebelumnya, dalam beberapa kasus bahkan lebih awal dari kasus pertama yang dilaporkan di China.

Atas sebab itu, Wang menilai AS munafik, menuduh China tidak transparan dalam mengungkap asal usul Covid-19, tetapi sambil tetap mengelak dan menghalangi tentang penelusuran asal di tanahnya sendiri.

Sedangkan sebuah outlet media AS Palm Beach Post dan Miami Herald melaporkan fakta tersembunyi, unggahan data yang dihapus oleh Departemen Kesehatan Florida di situs web, ternyata terkait dengan 171 pasien lokal yang memiliki gejala atau dites positif Covid-19 pada Januari dan Februari 2020.

"Sudah saatnya Departemen Kesehatan menjadikan transparansi sebagai prioritas lagi," desak editorial Miami Herald pada bulan Juni.

Baca Juga: Bersahabat dengan Agnez Mo, Greysia Polii Ungkap Berawal Karena Hal Ini: Gue Ngerasa Kayak...

Terlebih lagi, sebuah studi oleh CDC negara itu menemukan bahwa dari 7.389 sampel darah yang dikumpulkan antara 13 Desember 2019 dan 12 Januari 2020, 106 mengandung antibodi Covid-19.

Namun, proyek pelacakan dilaporkan dihentikan oleh pejabat senior pemerintah AS dan sejumlah besar sampel darah disegel.

Di sisi lain, Wang mengklaim China telah mengundang pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dua kali untuk studi penelusuran asal, dan hasil penelitian otoritatif telah diterbitkan bersama oleh para ahli China dan WHO.

Baca Juga: Terungkap Nama Lengkap Prilly Latuconsina usai Meraih Gelar Sarjana: Akhirnya Berhasil

Dengan demikian, China mendesak pihak AS untuk menghentikan permainan menyalahkan dan menghujat, dan merilis data yang berkaitan dengan kasus-kasus awal.

"AS harus mengundang pakar WHO ke negara itu untuk melakukan penelitian penelusuran asal usul sesegera mungkin, dan memberikan pertanggungjawaban ilmiah dan adil kepada komunitas internasional dan rakyat AS," pungkasnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: CGTN


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah