Ternyata Ini 2 Alasan Cerdas BJ Habibie Lepas Timor Leste 20 Tahun Lalu hingga 'Rebut' Pujian Dunia

- 4 September 2020, 06:38 WIB
BJ Habibie
BJ Habibie /dok

PR PANGANDARAN - Isu soal desakan warga Timor Leste ingin kembali bergabung dengan Republik Indonesia semakin mencuat.

Pasalnya, warga Timor Leste diduga tengah dihantam krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Mendengar kabar itu berkembang di masyarakat, menghantarkan masyarakat untuk mengingat kembali memori lepasnya Timor Lester dari Indonesia.

Baca Juga: Ternyata Timor Leste Bekas Jajahan Portugis hingga Negara Miskin, Ini 5 Fakta Soal Desak Gabung RI

Timor Leste yang ngotot menghilangkan status provinsi ke-27 Indonesia, akhirnya melalui referendum yang dimotori Portugis dan Australia berhasil memisahkan diri.

Kala itu, Indonesia tengah dipimpin Presiden BJ Habibie, sejak Soeharto mengundurkan diri dari pemerintahan.

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari berbagai sumber, alasan Cerdas BJ Habibie Melepas Timor Leste 20 Tahun Lalu akhirnya terungkap.

Baca Juga: BTS hingga Super Junior, Ternyata 5 Idol K-Pop Ini 'Caplok' Saham Perusahaannya hingga Rp 115 M

Perlu diketahui, Timor Leste telah memutuskan untuk memisahkan diri dari Indonesia sejak 20 tahun silam.

Salah satu kebijakan sarat akan polemik yang diputuskan Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie, adalah referendum atau melepaskan Timor Timur (Timtim) dari Indonesia.

Seperti yang termuat dalam buku berjudul 'Detik-Detik yang Menentukan', Habibie menceritakan mengapa bumi Loro Sae ini harus menjadi bagian dari Indonesia atau justru menjadi negara yang merdeka.

Baca Juga: Bukan Hanya Sakit Kepala, Berikut 3 Tanda Anda Mengalami Migrain Kronis

Hingga puncaknya pada 30 Agustus 1999, dimana hampir 80 persen rakyat Timor Timur memilih berpisah dari Indonesia.

Dengan adanya referendum yang didukung PBB, titik buntu yang mengakhiri konflik berdarah sekaligus mengakhiri kependudukan mereka sebagai Warga Negara Indonesia.

Dilansir dari AFP, pendudukan Timor Leste memantik aksi penindakan memilukan selama 24 tahun yang menelan nyawa 250.000 baik karena perang, kelaparan, hingga penyakit.

Baca Juga: Menyedihkan! Catatan Angka Perceraian di Bandung Capai 5.000 Kasus dalam Kurun Waktu 8 Bulan

Kendati begitu, seiring berjalannya waktu kegembiraan berubah menjadi duka setelah militer Indonesia dan milisinya menyerbu dengan menghancurkan infrastruktur mereka, serta memaksa ratusan ribu orang mengungsi, dan membunuh 1.400 orang.

Timor Leste, negara yang sebagian besar dari 1,3 juta penduduknya memeluk agama Katolik, baru diakui secara Internasional tiga tahun setelah pemungutan suara.

Tidak seperti Indonesia yang dijajah Belanda, negara yang menjajah Timtim adalah Portugal.

Baca Juga: Bagikan Momen Gideon Tengker Berkunjung ke Rumahnya, Raffi-Gigi Diminta Belikan Motor Rp 430 Juta

Pada 1974, Revolusi Bunga terjadi di Portugal yang menyebabkan distabilitas politik di dalam negeri.

Sampai pada kemerdekaan Timor Leste, kala itu Portugal kewalahan menghadapi pemberontakan di negara-negara jajahannya, Afrika.

Momen itu dimanfaatkan Masyarakat Timtim, untuk memproklamirkan berdirinya suatu bangsa yang merdeka melalui pembentukan partai politik.

Baca Juga: Waspada! Indonesia Capai Rekor Harian Tertinggi Kasus Covid-19 Hingga Tembus Angka 3.622

Oleh karena itulah wilayah Timor Timur atau pulau Timor bagian timur belum menjadi bagian dari Indonesia sejak awal.

Berbeda dengan pulau Timor bagian barat yang dikuasai Belanda atau yang nantinya menjadi provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun, proses kemerdekaan tidak semudah yang dibayangkan.

Baca Juga: Aceh Berlakukan Denda Rp 500.000 Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan Dengan Alasan ini

Ketegangan politik hingga fisik terjadi antara partai pro-kemerdekaan, dengan partai yang menginginkan Timtim menjadi bagian dari Indonesia.

Di tengah pertumpahan darah, masyarakat Timtim pada 30 November 1975 menggelar Deklarasi Balibo yang menegaskan poisis Timtim sebagai provinsi ke-27 Indonesia.

Pada tahun-tahun berikutnya muncul konflik antara pendukung kemerdekaan Timor Leste dan pemerintah Indonesia serta pendukung integrasi Timtim.

Baca Juga: Kondisi Kian Memanas, India Blokir 118 Aplikasi Tiongkok Salah Satunya PUBG

Sampai pada tahun 1991, terjadi apa yang disebut pembantaian Santa Cruz.

Ketika itu, tentara Indonesia melepaskan tembakan ke 4.000 pelayat pro-kemerdekaan di sebuah pemakaman yang sedang mengubur seorang siswa muda yang dibunuh oleh tentara.

Seorang jurnalis foto Inggris memfilmkan peristiwa yang menyebabkan lebih dari 200 orang tewas.

Rekaman tersebut disiarkan di televisi di negara-negara Barat dan untuk pertama kalinya pemerintah Amerika Serikat mengutuk kekerasan di Indonesia.

Baca Juga: Kondisi Kian Memanas, India Blokir 118 Aplikasi Tiongkok Salah Satunya PUBG

Bekas provinsi ke-27 itu membuat Indonesia menjadi bulan-bulanan dunia Internasional.

Banyak pihak yang menggunakan isu Timtim sebagai salah satu sarana memukul dan mempermalukan bangsa Indonesia di percaturan Internasional.

Tujuh bulan setelah BJ Habibie memegang tampuk kekuasaan atau tepatnya 19 Desember 1998, Perdana Menteri Australia, John Howard mengirim surat kepada Presiden Habibie. .

Ia mengusulkan untuk meninjau ulang pelaksaan referendum bagi rakyat Timtim.

Hari referendum pun tiba, pada 30 Agustus 1999 dilaksanakan referendum dengan situasi yang relatif aman dan diikuti hampir seluruh warga Timtim.

Baca Juga: Waspada! Ada Potensi Penipuan Program Subsidi Gaji Karyawan

Namun, satu hari setelah referendum dilaksanakan suasana menjadi tidak menentu, terjadi kerusuhan di berbagai tempat.

Hasil referendum tersebut kemudian diumumkan secara resmi di Dili pada 4 September 1999, akhirnya masyarakat Timtim memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia.

Adapun, alasan cerdas yang diungkap BJ Habibie melepas Timor Leste:

Baca Juga: Kondisi Kian Memanas, India Blokir 118 Aplikasi Tiongkok Salah Satunya PUBG

1. Alasan Pertama

"Timtim dengan populasi sekitar 700.000 rakyat telah menarik minat dunia. Tapi saya punya 210 juta rakyat. Jika saya biarkan tentara asing mengurus Timtim, secara implisit saya berarti mengakui bahwa TNI tak bisa menjalankan tugasnya dan ini bisa berakibat buruk bagi stabilitas negara. Dan saya tak mau ambil risiko ini."

"Masalah Timor Timur sudah harus diselesaikan sebelum Presiden ke-4 RI dipilih, sehingga yang bersangkutan dapat mencurahkan perhatian kepada penyelesaian masalah nasional dan reformasi yang sedang kita hadapi."

Baca Juga: Viral, Aksi Pria Menaruh Rambut Kemaluannya di Makanan, Ternyata Alasannya Sungguh Licik

2. Alasan Kedua

Saya menganggap Australia sejak lama telah menjadi 'sahabat' Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan 1945.

"Saya yakin bila saya biarkan tentara Australia masuk ke Indonesia, saya tidak hanya akan menghina dan mempermalukan TNI, tapi juga bila Australia masuk, apa pun keputusannya nanti, yang kalah akan menyalahkan Australia."

Baca Juga: Ini Fitur Baru Twitter yang Bikin Warganet Lebih Mudah Temukan Kabar Trending dan Viral

Atas alasan cerdas inilah Habibie pun mendapat respons yang baik dari belahan dunia, karena tidak mengandalkan kekerasan dan menumpahkan darah.

Bahkan jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia mendapatkan hal yang baik dari Timor-Timur.

Kini Timor Leste butuh pembangunan di infrastruktur, alhasil tender pembangunan di sana dimenangkan BUMN Indonesia dengan hal ini Indonesia diuntungkan, karena sebagai negara merdeka mereka tidak memakan dana dari Indonesia bahkan mereka mengeluarkan dana untuk keuntungan di pihak BUMN.

Baca Juga: Pria Beristri hingga Punya Anak Ikut Pesta Gay di Jakarta, Polisi: Peserta Ada yang Positif HIV

Dan apapun yang dikirim ke Timor Leste sekarang menjadi ekspor dan mendapatkan keuntungan devisa bagi negara.***














Editor: Ayunda Lintang Pratiwi


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah