Beberkan Siksaan Keji saat Jadi Tahanan Korut: Pria Dipukul Pakai Besi, Wanita Alami Pelecehan Seks

- 20 Oktober 2020, 16:25 WIB
ilustrasi penjara
ilustrasi penjara /Bekasi pikiran-rakyat.com

PR PANGANDARAN – Menurut laporan terbaru, warga Korea Utara harus menanggung penyiksaan, pelecehan seksual, penghinaan, pengakuan paksa, dan kerja paksa tanpa dibayar saat menjadi tahanan.

Laporan setebal 88 halaman dari Human Rights Watch yang berbasis di Kota New York, diterbitkan pada Senin merupakan hasil wawancara dengan 22 tahanan, yang terdiri dari 15 orang perempuan dan 7 orang laki-laki.

Serta 8 mantan pejabat yang menyoroti cara kerja terkait sistem peradilan pidana.

Baca Juga: Galau Gegara Putus Cinta hingga Tolak Pekerjaan, Chef Marinka: Gue Doa 'Tuhan Sudahlah Mati Aja'

“Sistem penahanan dan penyelidikan praperadilan Korea Utara sewenang-wenang, penuh kekerasan, kejam, dan merendahkan martabat,” ujar Brad Adams, direktur Asia untuk Human Rights Watch.

“Warga Korea Utara mengatakan mereka hidup dalam ketakutan secara terus-menerus karena terjebak dalam sistem, dianggap bersalah dan satu-satunya jalan keluar adalah melalui suap dan koneksi,” lanjutnya.

Mantan tahanan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki akses menggunakan pengacara independen dan tidak memiliki cara untuk mengajukan banding terkait penyiksaan atau pelanggaran hukum acara pidana.

Baca Juga: Bakal Ada Libur Panjang di Bulan Oktober, Pemerintah Imbau Lakukan Hal Ini Agar Terhindar Covid-19

Saat seseorang melakukan penyelidikan secara resmi, kecil kemungkinannya untuk menghindari hukuman kerja paksa tanpa dibayar bahkan tahanan wanita menerima pelecehan seksual hingga pemerkosaan.

“Mantan tahanan mengatakan mereka dipaksa duduk diam di lantai selama berhari-hari, berlutut atau dengan menyilangkan kaki, mengepalkan tangan atau tangan berada di pangkuan, kepala menunduk, dan mata menatap ke lantai,” ucap Human Rights Watch.

Empat mantan pejabat Pyongyang mengatakan, Partai Buruh Korea yang berkuasa menganggap para tahanan sebagai manusia inferior atau rendah yang ditandai dengan sebuah angka bukan nama mereka.

Baca Juga: Norovirus Menyebar Pesat di Berbagai Tempat, Fasilitas Kesehatan hingga Kapal Pesiar Paling Rentan

“Jika kami bergerak, kami dihukum dengan berdiri dan duduk, melakukan push-up, atau berpegangan pada jeruji besi,” kata seorang mantan tentara yang meninggalkan Kerajaan Pertapa pada 2017 setelah ditahan beberapa kali karena menyelundup dan mencoba melarikan diri ke Korea Selatan.

“Beberapa penjaga menyuruh kami meletakkan wajah kami di antara jeruji besi atau memukul jari kami melalui jeruji besi dengan tongkat atau pistol. Jika mereka benar-benar kesal, mereka akan masuk ke dalam sel dan memukuli kami,” tambahnya.

Para tahanan juga menerima sedikit makanan di sel yang penuh sesak sehingga tidak memiliki cukup ruang untuk tidur dan mandi.

Baca Juga: Lama Menghilang hingga Disentil Najwa Shihab, Menkes Terawan Muncul ke Publik Bahas 'Cuti Bersama'

Dalam laporan tersebut juga disebutkan jika tahanan kekurangan selimut, pakaian, sabun dan perlengkapan menstruasi bagi tahanan wanita.

Seorang mantan penebang pohon yang ditahan dua kali pada 2010 karena menyelundup dan pada 2014 karena tidak bekerja di tempat kerja yang disetujui pemerintah menceritakan penderitaannya.

“Setiap hari sangat mengerikan dan sangat menyakitkan. Sering kali jika saya atau orang lain bergerak di dalam sel, para penjaga akan memerintahkan saya atau semua teman satu sel untuk mengulurkan tangan kami melalui jeruji sel lalu akan diinjak berulang kali dengan sepatu bot mereka atau memukul tangan kami dengan sabuk kulit mereka,” ujar Park Ji Cheol, yang melarikan diri pada 2014.

Baca Juga: ShopeePay Hadirkan ShopeePay Talk: Bertumbuh Lewat Bisnis Delivery Online Bersama Steak 21

Seorang mantan pedagang yang ditahan dua kali pada awal 2010  karena menjual produk terlarang dan pada 2016 karena berkelahi dengan seorang anggota partai mengatakan tahanan wanita terpaksa menggunakan kaus kaki sebagai pembalut.

Human Rights Watch menghimbau untuk mengakhiri penyiksaan dan perlakuan kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat di tahanan.

Mereka juga menambahkan bahwa pemerintah harus meningkatkan kondisi tahanan dengan memastikan standar kebersihan, pemeriksaan kesehatan, nutrisi, air bersih, pakaian, lantai, cahaya dan suhu ruangan,”

Baca Juga: Lama Menghilang hingga Disentil Najwa Shihab, Menkes Terawan Muncul ke Publik Bahas 'Cuti Bersama'

Namun, Pyongyang menegaskan bahwa mereka melindungi hak asasi manusia yang sebenarnya.

Mereka juga menambahkan bahwa seharusnya Barat tidak menetapkan standar hak asasi manusia di seluruh dunia.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x