Network
PR PANGANDARAN – Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) yang dilaksanakan serentak di beberapa negara bagian Amerika Serikat mulai tanggal 3 November 2020, memang tidak berdampak langsung untuk Indonesia melainkan akan berdampak pada aspek strategis yang menentukan roda perekonomian dunia secara keseluruhan.
Pertarungan perebutan kursi nomor satu di Pemerintahan AS itu datang dari dua kubu politik berbeda, yakni Donald Trump dari Partai Republik yang cenderung isolasionis dan Joe Biden dari Partai Demokrat cenderung internasionalis.
Joe Biden berjanji untuk mengatasi sengketa perdagangan dengan Tiongkok secara multilateral melalui WTO. Selain itu, faktor calon Wakil Presiden Kamala Harris maka Amerika Serikat kemungkinan kembali memandang secara khusus Asia seperti era Barack Obama.
Baca Juga: Pilpres AS Diselenggarakan, Biden Kunjungi Gereja Lakukan Misa, Trump Gelar Pesta di Gedung Putih
Joe Biden bisa lebih menguntungkan Indonesia terutama dalam kaitan Laut Cina Selatan yang dalam beberapa tahun ini agresif diusik Tiongkok. Namun, isu hak asasi manusia (HAM) dan kesetaraan yang menjadi trademark Demokrat bisa bermasalah bagi Indonesia.
Sedangkan Donald Trump jika kembali ke gedung putih dia akan melanjutkan perang dagang dengan Tiongkok.
Bea masuk tinggi bagi produk impor akan memberatkan investor asing yang memiliki pabrik di Tiongkok. Ini membuat mereka terpaksa melirik negara lain.
Baca Juga: Berhasil Lawan Covid-19, Berikut 5 Strategi yang Dilakukan Victoria, Singgung Penghancuran Cluster
Jika Donald Trump menang, maka pasar keuangan domestik Indonesia akan lebih tertekan jika dibandingkan dengan Joe Biden yang menang.
Artikel Rekomendasi