32 Tahun Merdeka, Masa Depan Palestina di Tangan AS, Pengamat: Berharap Biden Penengah yang Adil

- 16 November 2020, 09:15 WIB
Ilustrasi Palestina dan Israel.
Ilustrasi Palestina dan Israel. /Pixabay/Jorge Villalba/

PR PANGANDARAN - Konflik Palestina dan Israel hingga kini belum juga mengisyaratkan adanya babak akhir yang adil untuk kedua belah pihak.

Namun sejumlah pengamat melihat bahwa adanya harapan yang datang dengan terpilihnya Joe Biden dan Kamala Harris sebagai presiden dan wakil presiden Amerika Serikat. 

Eks duta besar Republik Indonesia untuk Yordania, Andy Rachmianto mengatakan bahwa Biden diharapkan mampu menjadikan AS sebagai penengah yang adil dalam konflik antara Palestina dan Israel.

 Baca Juga: Geram Guru Umat Muslim Disebut 'Cantik', Husin Alwi Shihab Bakal Laporkan Ustaz Maaher ke Polisi

"Harapannya, AS dapat kembali mendukung solusi dua negara sehingga akhirnya rancangan perjanjian abad ini yang diusulkan Presiden Donald Trump tidak lagi relevan," kata Andy saat sesi diskusi virtual yang diadakan oleh ICWA-ESAS untuk memperingati hari nasional Palestina, seperti dikutip Pangandaran.Pikiran-Rakyat.com dari laman Antara pada Minggu, 15 November 2020.

Pendapat serupa disampaikan oleh eks rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof Azyumardi Azra pada sesi diskusi tersebut. Menurutnya, Biden diharapkan memberi pendekatan yang lebih berimbang dibanding dengan Trump yang dinilai telah memperburuk situasi konflik.

"Kita tentunya berharap pada presiden AS yang baru terpilih. Kita berharap dia (Biden, red) dapat menawarkan pendekatan yang lebih imbang dan adil terhadap Palestina beserta rakyat Palestina mengingat usulan yang ditawarkan Trump membuat situasi jadi memburuk," tutur Azyumardi.

Baca Juga: Ramalan Asmara Zodiak Hari Ini: Gemini Jangan Cuma Umbar Janji, Virgo Waktunya Mencari Cinta, Aries?

Sementara itu, eks jaksa agung Republik Indonesia (1999-2001) sekaligus ketua tim pencari fakta PBB dalam kasus Rohingya, Marzuki Darusman mengungkapkan bahwa tantangan yang ada kini satu di antaranya adalah masih kerap terpinggirkannya tuntutan rakyat beserta pemimpin Palestina  di berbagai forum internasional.

Pasalnya, lanjut Marzuki, pembahasan soal penyelesaian konflik tak jarang melibatkan banyak kepentingan. Tak hanya soal isu HAM, tapi juga ekonomi, sosial, dan politik negara-negara Arab di kawasan Timur Tengah.

Pernyataannya tersebut terbukti dengan berlangsungnya normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel yang telah disepakati tahun ini.

Baca Juga: Dikira Makanan Bayi, Seorang Nenek Suapi Cucunya yang Berusia 18 Bulan dengan Cairan Hand Sanitizer

Oleh karena itu, Marzuki mendukung rencana Presiden Palestina, Mahmoud Abbas yang mengambil ancang-ancang untuk menyelenggarakan konferensi internasional Palestina tahun depan.

Menurut Marzuki, penyelenggaraan konferensi tersebut bisa menjadi wadah guna mengembalikan suara Palestina yang begitu lama terpinggirkan. 

Selain itu, juga menjadikan Palestina memainkan peran aktif sebagai aktor utama penyelesaian konflik.

Baca Juga: Babak Baru Kasus Video Syur Mirip Gisel: Usai Tangkap 2 Pelaku, Besok Gisel Bakal Beri Klarifikasi

"Penyelenggaraan konferensi akan mendudukkan kembali pertanyaan soal Palestina di ruang-ruang perdebatan dunia, yang jauh lebih penting, karena (konflik, red) di Palestina merupakan simbol masih adanya ketidakadilan di dunia yang terhubung dengan perjuangan lain di berbagai negara," ungkap Marzuki.

Sebelumnya, demi menyelesaikan konflik antara Israel dan Palestina, Presiden Trump mengusulkan rencana perjanjian damai. Ia menyebutnya sebagai perjanjian abad ini.

Namun, usulan tersebut ditolak oleh Palestina lantaran isinya yang dianggap terlalu menguntungkan bagi Israel.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x