PR PANGANDARAN – Pembicaraan mengenai masa depan Libya telah ditunda. Hal ini dilakukan tanpa menyebutkan kemungkinan pemerintahan baru untuk mengawasi transisi pada pemilihan tahun depan.
Stephanie Williams, utusan PBB untuk Libya, mengatakan pada hari Minggu bahwa dia sangat senang dengan hasil pembicaraan dengan 75 delegasi yang dipilih oleh PBB untuk bertemu di Tunis.
Ia senang karena delegasi tersebut setuju untuk mengadakan pemilihan presiden dan parlemen pada 24 Desember mendatang.
Baca Juga: PBB Prihatin, Israel Kian Nyata Duduki Tepi Barat Palestina sehingga Berisiko Picu Kemarahan AS
"Mayoritas di ruangan tidak menginginkan status quo," kata Williams pada konferensi pers setelah pembicaraan berakhir.
“Ini bukan alternatif yang bisa diterima. Itu tidak berkelanjutan; semua orang tahu itu. Musim panas yang keras yang dilalui banyak orang Libya - tanpa listrik, dan sangat sedikit air dan semua kesulitan lainnya serta pandemi Covid-19,” ungkapnya sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Aljazeera.
Utusan PBB tersebut mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Baca Juga: Begini Reaksi Rizwan Fadilah Anak Ketiga Sule saat Ketahuan Tolak Endorse Ratusan Juta
Para delegasi juga akan melanjutkan pembicaraan online minggu depan membahas reformasi struktur dan peran otoritas eksekutif.
Mereka juga akan membahas soal dasar konstitusional pemilu.
Artikel Rekomendasi