Kuasai Gedung Putih, Kemenangan Biden Punya Pengaruh Besar Terhadap Pemungutan Suara di Pilpres Iran

15 November 2020, 07:50 WIB
Kemenangan Joe Biden berpengaruh besar terhadap Pilpres Iran /

PR PANGANDARAN - Enam bulan sebelum pemilihan presiden Iran, kemenangan Joe Biden di AS berpengaruh besar terhadap pemungutan suara di Iran, dimana harapan untuk melanjutkan negosiasi tentang kesepakatan nuklir telah memicu antusiasme dari kalangan moderat dan bahkan beberapa garis keras.

Setelah empat tahun masa pemerintahan Trump yang dirasa penuh tekanan, pada Selasa, 3 November 2020 lalu, rakyat Iran dengan penuh semangat menunggu hasil pemilihan presiden.

Rakyat Iran berharap Biden memenangkan kursi Kepresidenan, untuk dapat membuka jalan bagi pendekatan yang lebih lunak di kedua sisi (Iran-Amerika).

Baca Juga: Bangga pada Heni, Sosok Pemudi yang Tembus Forbes, Warganet Sentil Megawati: Bu Lihat Milenial Ini!

Diketahui sebelumnya, Biden telah menjanjikan jalan yang kredibel untuk kembali ke diplomasi dengan Teheran begitu dia memasuki Gedung Putih pada Januari 2020 lalu.

Biden mengatakan ingin kembali ke kesepakatan 2015 yang ditandatangani oleh Presidennya saat itu, Barack Obama.

Akan tetapi, sebagai titik awal untuk negosiasi lanjutan, Iran harus mengikuti aturannya yang ketat.

Baca Juga: Ramalan Asmara 12 Zodiak Hari Ini: Aries Makin Lengket, Scorpio Doi Butuh 'Me Time', Libra?

Di Iran, banyak yang percaya bahwa kemenangan Biden akan memiliki konsekuensi bagi masa depan negara mereka, yang akan memilih presiden baru pada bulan Mei saat Hassan Rouhani mencapai batas masa jabatannya.

Seorang analis, Thierry Coville sekaligus spesialis Iran di Institut Prancis untuk Urusan Internasional dan Strategis (IRIS) di Paris menduga, presiden AS yang kurang hawkish dapat menguntungkan kubu moderat dalam politik Iran, yang mendukung keterlibatan diplomatik dengan Washington.

"Jika AS dan Iran mulai bernegosiasi, pemilih Iran akan melihat kemungkinan kesepakatan dan itu dapat memperkuat moderat," ujarnya.

Baca Juga: 5 Zodiak yang Diramal Bakal Beruntung di Bulan November 2020, Selamat Virgo Pacar Datang Melamar!

Coville  menjelaskan, sejak Washington memberlakukan kembali sanksi setelah Donald Trump menarik AS dari kesepakatan pada Mei 2018, Iran telah mengalami krisis ekonomi yang parah, diperburuk oleh pandemi Covid-19.

Negara ini adalah salah satu yang paling terpukul oleh wabah virus, dengan jumlah kematian resmi 37.000, yang diyakini para analis jauh lebih tinggi.

Menurutnya, kubu moderat kehilangan kredibilitas dengan banyak pemilih ketika menjanjikan masa depan cerah yang difasilitasi oleh diakhirinya sanksi AS, hanya bagi Trump untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut.

Baca Juga: Topan Vamco Terjang Filipina hingga Sebabkan Banjir, Pemerintah Bergegas Lakukan Upaya Penyelamatan

Akan tetapi, kemenangan Biden di Pilpres AS, meurpakan kesempatan bagi AS untuk menebus kesalahannya.

Coville memperkirakan, pemerintahan Biden akan meringankan beberapa langkah embargo.

"Ketika Biden mengambil alih kursi kepresidenan, banyak orang dari tim Obama, termasuk mantan pejabat Departemen Luar Negeri yang merundingkan kesepakatan 2015, kemungkinan besar akan kembali," katanya.

Baca Juga: Miliki Marga 'Shihab', Kenapa Quraish Shihab Tidak Dipanggil Habib Seperti Rizieq Shihab?

"Satu kemungkinan skenario yang saya lihat sebagai langkah pertama adalah AS mengizinkan pembelian minyak Iran dan penjualan obat anti-virus corona ke negara itu, dan pejabat Iran kemungkinan tidak akan menolak tawaran semacam itu," lanjut Coville.

Coville menegaskan bahwa untuk menyatukan kembali kesepakatan nuklir itu akan sulit.

AS telah lama membenci campur tangan Iran di negara-negara Timur Tengah lainnya, terutama dukungannya terhadap milisi di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman.

Baca Juga: Mitos atau Fakta: Sakit Tenggorokan Disebut sebagai Gejala Covid-19, Simak Penjelasan Lengkapnya

Sementara Iran tidak akan mudah memaafkan AS karena membunuh Qassem Suleimani, yang merupakan dalang yang memimpin Pasukan Quds, unit operasi khusus Pengawal Revolusi.

Teheran telah kembali mengerjakan program nuklirnya sejak Trump mengingkari perjanjian.Saat ini cadangan uraniumnya hampir delapan kali lipat dari batas dalam kesepakatan.

Pada saat yang sama, embargo PBB atas penjualan persenjataan konvensional ke Iran telah berakhir.

Baca Juga: Polisi Sorot Kegiatan di Bogor, Habib Rizieq dan Pendukung Dinyatakan Langgar Prokes Covid-19

Di tingkat domestik, lanjut Coville, Biden harus membenarkan pelonggaran sanksi kepada faksi hawkish di partainya sendiri - belum lagi Senat yang kemungkinan akan tetap di bawah kendali Republik.

AS mungkin berusaha untuk mengambil keuntungan dari kondisi ekonomi Iran yang melemah untuk mencoba menciptakan kembali kesepakatan nuklir.

Menurutnya, setiap negosiasi lanjutan yang mungkin dicoba Biden, kemungkinan akan mencakup pembicaraan tentang program rudal balistik Iran dan campur tangan di negara-negara Timur Tengah lainnya melalui dukungan untuk kelompok-kelompok bersenjata yang diperkirakan akan dipenuhi. ***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: France24

Tags

Terkini

Terpopuler