Persediaan Bahan Nuklir Iran Meningkat Drastis, Donald Trump 'Galau' di Akhir Masa Jabatannya

17 November 2020, 14:30 WIB
Donald Trump (dok.Evening Standard) /

PR PANGANDARAN – Presiden Donald Trump sempat mogok karena kekalahannya. Namun, para penasihat datang mengingatkannya untuk tidak meneruskannya lantaran dapat meningkatkan konflik yang lebih luas di akhir masa jabatannya.

Sementara setelah itu, Presiden Donald Trump mengadakan pertemuan terkait kekhawatiran yang tengah dirasakannya di akhir masa jabatannya tentang nuklir di Iran yang dapat berdampak pada AS.

Pasalnya, menurut keterangan empat pejabat yang hadir dan dikutip oleh PikiranRakyat-Pangandaran.com dari The New York Times pada Senin, 16 November 2020 waktu AS, Pengawas Internasional melaporkan adanya peningkatan drastis atas persedian bahan nuklir di Natanz, Iran.

Baca Juga: Chef Arnold Makan Bubur di Pinggir Jalan, Netizen Malah Salfok Dengan Gayanya: Kenapa Pake Kacamata?

Oleh sebab itu, Presiden Donald Trump mengadakan pertemuan Oval Office pada hari Kamis, 12 November 2020 waktu AS terkait opsi apa yang dimilikinya untuk mengambil tindakan dengan adanya situs nuklir utama Iran di Natanz dalam beberapa minggu ke depan.

Namun, sejumlah penasihat senior yakni Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Ketua Kepala Staf gabungan Jenderal Mark A. Milley, dan Pejabat Sekretaris Pertahanan Christopher C. Miller menyarankan Donald Trump untuk tidak melakukan penyerangan militer.

Mereka memberikan kemungkinan kepada Donald Trump bahwa serangan militer terhadap fasilitas Iran dapat meningkatkan konflik yang lebih luas di akhir jabatan masa kepresidenannya kelak.

Baca Juga: Terdiri dari 40 PP dan 4 Perpres, Aturan Turunan UU Cipta Kerja Ditargetkan Rampung Minggu Ini

Sementara itu, Donald Trump juga bertanya kepada para pembantu keamanan nasionalnya juga terkait opsi yang tersedia baginya dan juga bagaimana cara dia menanggapi permasalahan tersebut.

Mike Pompeo dan Jenderal Mark A. Milley kemudian memberikan gambaran potensi risiko eskalasi militer yang akan dihadapi.

Para pejabatnya tetap meyakini bahwa serangan rudal di Iran tidak akan mungkin dapat dilakukan.

Baca Juga: Tanggapi Kritikan Habib Idrus pada Jokowi-Mega, Sahroni: Kritik Harus DIsampaikan Secara Santun

Pertemuan yang dilakukan dan pertanyaan yang dilayangkannya tersebut menggambarkan kekhawatiran Donald Trump atas ancaman global di akhir-akhir masa jabatannya, walaupun sebagian besar menentang konflik AS yang lebih dalam di Timur Tengah.

Kendati demikian, Badan Energi Atom Internasional melaporkan dan menyimpulkan bahwa Iran memiliki bahan cadangan lebih dari 2.442 kilogram uranium.

Menurut analisis laporan Institute for Science and International Security, bahan cadangan seberat itu sangat cukup untuk menghasilkan dua senjata nuklir walaupun perlu proses tambahan untuk memperkaya cadangan uranium agar bisa menjadi bahan sekelas bom.

Baca Juga: 6 Grup dan Idol yang Muncul di Lagu BTS ‘Dynamite’ Versi Singalong, Nomor 5 Jadi Trending di Twitter

Dengan kata lain, Iran dimungkinkan tidak dapat mencapai hal itu paling cepat hingga musim semi, yang itu berarti Donald Trump telah meninggalkan jabatan kepresidenannya.

Donald Trump berpendapat sejak tahun 2016 bahwa Iran telah menyembunyikan beberapa tindakan dan mencoba menipu komitmennya.

Hal ini dibuktikan dengan adanya bukti parsial pertama dari laporan inspektur minggu lalu.

Baca Juga: Kandidat Vaksin Covid-19 Moderna Diklaim 94,5 Persen Efektif untuk Virus Corona

Dalam laporan tersebut terdapat sejumlah kritikan untuk Iran karena tidak menjawab serangkaian pertanyaan yang dilayangkan terkait gudang di Teheran tempat para pengawas menemukan partikel uranium.

Hal ini yang mengarahkan kecurigaan terkait fasilitas pemrosesan nuklir yang pernah digunakan.

Dalam laporan tersebut menyatakan bahwa jawaban yang diberikan Iran tidak kredibel secara teknis.

Baca Juga: Kebut Aturan Turunan UU Cipta Kerja, Airlangga: Pemerintah Membuka Ruang untuk Berbagai Masukan

Bahkan Badan Energi Atom Internasional sebelumnya pernah mengeluh lantaran para pengawas tidak diperbolehkan meninjau beberapa lokasi yang dicurigai.

Tidak hanya militer AS saja yang mencari opsi, tetapi Mike Pompeo juga tengah mengamati peristiwa yang terjadi di Irak dari setiap petunjuk agresi yang didapatkan dari Iran, pasukan AS yang di tempatkan di sana, dan yang lainnya.

Adanya kekhawatiran akan potensi ancaman yang terjadi, Mike Pompeo bahkan sudah menyusun rencana untuk menutup Kedutaan Besar AS di Baghdad walaupun dirinya tampak bersedia menyerahkan keputusan kepada pemerintah yang menjabat berikutnya. ***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: The New York Times

Tags

Terkini

Terpopuler