Bukan Membantu Perang Yaman, Negara G20 Justru Jual Senjata ke Arab Saudi hingga Tiga Kali Lipat

18 November 2020, 07:10 WIB
Bendera Arab Saudi //Pixabay

PR PANGANDARAN – Menurut Oxfam, negara-negara anggota Kelompok 20 (G20) telah menjual lebih dari seharga 238 Triliun rupiah senjata ke Arab Saudi sejak campur tangan dalam konflik tetangga Yaman pada 2015.

Dalam laporan yang dirilis pada hari Selasa, organisasi amal itu mengatakan angka itu tiga kali lebih banyak daripada yang diberikan anggota G20 ke Yaman sebagai bantuan kemanusiaan.

Laporan itu dirilis saat para pemimpin G20 bersiap untuk bertemu secara virtual minggu ini.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Gempa Berkekuatan Lemah Guncang Lombok dan Kuningan Dini Hari Tadi

Sementara beberapa negara Eropa telah menghentikan penjualan senjata ke Riyadh sesaat setelah meluncurkan kampanye militer di Yaman.

PBB menyebut konflik ini sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Pada Maret 2015, koalisi yang dipimpin oleh kerajaan kaya minyak itu meluncurkan kampanye pemboman udara yang bertujuan untuk melawan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran.

Baca Juga: Cek Fakta: Hastag RIPDrake Trending, Benarkah Penyanyi Drake Meninggal Dunia? Simak Kebenarannya

Serta mengembalikan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Arab Saudi adalah importir senjata utama dunia antara tahun 2014 dan 2018.

Negara ini telah  menghabiskan 225 triliun rupiah untuk senjata, dengan setidaknya 56 triliun dari jumlah itu dihabiskan untuk senjata Eropa.

Baca Juga: 11 Gejala Diabetes pada Anak dan Remaja, Merasa Haus Berlebih hingga Luka yang Sulit Sembuh

Awssan Kamal dari Oxfam mengatakan mengejutkan melihat tingkat bisnis itu terjadi ketika Yaman memasuki tahun keenam konfliknya.

Ketika 80 persen dari 30 juta orang di negara miskin itu membutuhkan bantuan.

"Saat kami bekerja untuk menanggapi virus corona, kami melihat penurunan dramatis dalam tingkat pendanaan kemanusiaan," kata Kamal kepada Al Jazeera sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com.

Baca Juga: 11 Gejala Diabetes pada Anak dan Remaja, Merasa Haus Berlebih hingga Luka yang Sulit Sembuh

Lebih lanjut ia mengatakan saat ini diperlukan pemimpin dunia yang bertanggung jawab.

“Kami perlu meminta para pemimpin dunia hari ini untuk mengambil tanggung jawab, menggunakan momentum G20 minggu ini untuk memastikan bahwa ada pembicaraan yang memadai seputar pendanaan kemanusiaan,” lanjutnya.

Kelompok hak asasi manusia mengkritik pimpinan Saudi atas serangan udara yang telah menewaskan warga sipil di rumah sakit, sekolah, dan pasar.

Baca Juga: Tandatangani Kesepakatan dengan Pemerintah, Protes anti-Prancis di Pakistan Berakhir Batal

Serta mendesak pemerintah Barat untuk menghentikan ekspor senjata ke Arab Saudi dan sekutunya dalam konflik itu.

“Datangnya virus corona hanya memperburuk keadaan yang mengerikan ini. Namun rencana tanggapan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberikan bantuan berupa air bersih, makanan, dan perawatan medis bagi hanya didanai 44 persen tahun ini, ” kata kelompok amal itu.

Lebih dari 100.000 orang telah tewas dalam perang tersebut. Konflik di Yaman secara luas dilihat di wilayah tersebut sebagai perang antara Arab Saudi dan Iran.

Baca Juga: Konflik di Timur Tengah Tak Kunjung Usai, Arab Saudi Siap Persenjatai Diri dengan Nuklir Lawan Iran

Riyadh meluncurkan pembicaraan tidak resmi untuk gencatan senjata dengan Houthi akhir tahun lalu saat berusaha keluar dari perang.

Gelombang pertempuran dalam beberapa pekan terakhir telah menewaskan puluhan orang di kota pelabuhan utama Hodeidah, meskipun gencatan senjata yang disponsori PBB diberlakukan di daerah tersebut.

Menurut Kamal, yang sangat dibutuhkan Yaman adalah proses perdamaian yang inklusif dan gencatan senjata.

Baca Juga: Penanganan Covid-19 Dirasa Sia-sia, Jokowi Minta Mendagri Bertindak: Jangan Malah Ikut Berkerumun

Menurut Program Pangan Dunia PBB, 24 juta orang Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan, sementara 20 juta tidak aman pangan dan menghadapi kelaparan.

“Setelah menderita bertahun-tahun kematian, pengungsian, dan penyakit, rakyat Yaman membutuhkan anggota komunitas internasional yang kuat untuk membawa semua pihak bersama-sama menyetujui gencatan senjata dan kembali berkomitmen mencapai perdamaian abadi,” kata Direktur Oxfam Yaman Muhsin Siddiquey.

Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa negara lain tidak dapat memperoleh keuntungan di atas penderitaan rakyat Yaman.

“Menghasilkan miliaran dari ekspor senjata yang memicu konflik sambil memberikan sebagian kecil bantuan ke Yaman adalah tidak bermoral. Negara-negara terkaya di dunia tidak dapat terus menempatkan keuntungan di atas rakyat Yaman,” tutupnya.

Editor: Nur Annisa

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler