Muslimah Uighur Diperkosa Massal, AS Tuntut Konsekuensi Serius atas Kemanusiaan di Xinjiang

- 4 Februari 2021, 21:14 WIB
Ilustrasi Perempuan Muslim Uighur
Ilustrasi Perempuan Muslim Uighur /Pexels/Ryutaro Tsukata

PR PANGANDARAN - Menyusul adanya laporan mengenai perempuan Muslim Uighur diperkosa di Tiongkok, Amerika Serikat menyatakan mereka "sangat terganggu" dengan berita tersebut.
 
Awalnya, laporan bahwa perempuan Uighur diperkosa dilaporkan oleh satu media arus utama internasional yang mengatakan bahwa hal ini terjadi secara sistematis dan diduga melibatkan banyak orang.
 
Departemen luar negeri Amerika Serikat menanggapi laporanyang diterbitkan Rabu, 3 Februari 2021 yang merinci tuduhan mengerikan pemerkosaan, pelecehan seksual dan penyiksaan, berdasarkan wawancara dengan beberapa mantan tahanan dan seorang penjaga. 
 
 
Saksi yang diwawancarai mengatakan,  "mereka mengalami atau melihat bukti dari sistem pemerkosaan massal, pelecehan seksual, dan penyiksaan yang terorganisir".
 
Pemerintah Amerika Serikat "sangat terganggu" oleh laporan pemerkosaan sistematis dan penyiksaan seksual terhadap wanita yang ditahan di kamp Xinjiang, Tiongkok untuk etnis Uighur dan Muslim lainnya, dan menuntut konsekuensi serius.
 
Dilansir dari laman The Guardian, juru bicara departemen luar negeri Amerika Serikat, mengulangi tuduhan bahwa Tiongkok telah melakukan "kejahatan dan kemanusiaan di Xinjiang.
 
 
"Kami sangat terganggu oleh laporan, termasuk kesaksian langsung, pemerkosaan sistematis dan pelecehan seksual terhadap wanita di kamp-kamp interniran untuk etnis Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang," ujjarnya.
 
Ia melanjutkan, "Kekejaman ini mengejutkan hati nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi serius."
 
Juru bicara itu menuntut Tiongkok mengizinkan "penyelidikan segera dan independen oleh pengamat internasional" atas tuduhan pemerkosaan "di samping kekejaman lain yang dilakukan di Xinjiang."
 
 
Hal ini belum dapat  diverifikasi. Namun memang terdapat laporan mengerikan tentang penyiksaan dan pelecehan seksual, dan memaksa beberapa wanita untuk menelanjangi dan memborgol orang lain sebelum mereka ditinggalkan berdua dengan pria.
 
Menurut laporan yang sama, detail utama dan dokumen perjalanan cocok dengan garis waktu dan citra satelit yang tersedia, dan berhubungan dengan banyak laporan lain dari mantan tahanan.
 
Menteri luar negeri Australia, Marise Payne, menggemakan seruan AS untuk pengamat internasional, termasuk komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Michelle Bachelet, "untuk diberi akses langsung, bermakna dan tidak terbatas ke Xinjiang pada kesempatan sedini mungkin," katanya.
 
 
“Australia telah konsisten dalam menyampaikan keprihatinan kami yang signifikan dengan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang," ujarnya.
 
"Laporan terbaru tentang penyiksaan sistematis dan pelecehan terhadap wanita ini sangat mengganggu dan menimbulkan pertanyaan serius terkait perlakuan terhadap Uighur dan agama serta etnis minoritas lainnya di Xinjiang," katanya.
 
Di sisi lain, Tiongkok sendiri secara konsisten membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan genosida di Xinjiang, meskipun banyak bukti mengenai kejahatan tersebut.
 
 
Kekejaman tersebut meliputi penahanan massal, dugaan program kerja paksa, indoktrinasi, sterilisasi paksa terhadap perempuan, pengawasan digital dan secara langsung yang ekstensif, dan penindasan terhadap kegiatan agama dan budaya. 
 
Tiongkok mengatakan kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan yang dirancang untuk melawan ekstremisme.
 
Pada hari Rabu, juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Wang Wenbin menuduh media berita internasional yang melaporkan tentang muslim Uighur telah membuat "laporan palsu" yang "sepenuhnya tanpa dasar faktual".
 
 
Wang Wenbin mengklaim bahwa wanita yang diwawancarai adalah "aktor yang menyebarkan informasi palsu", dan mengklaim bahwa Tiongkok justru memiliki bukti dengan banyak laporan yang menunjukkan kedamaian yang terjadi di Xianjiang.
 
"Orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang hidup dalam damai dan kepuasan, persatuan dan harmoni, dan bahwa semua hak hukum mereka dijamin secara efektif," ujarnya.
 
Pengungkapan berita media internasional itu membuat ngeri komunitas Uighur global, banyak dari mereka kehilangan anggota keluarga yang ditahan atau dicurigai ditahan di kamp. 
 
 
“Saya memiliki ibu, istri, saudara perempuan, bibi, dan nenek. Pemerkosaan terhadap wanita mana pun menghancurkan hati saya dan membuat darah saya mendidih, ”kata Salih Hudayar, pendiri pemerintah di pengasingan untuk Turkistan Timur yang berbasis di AS.
 
Pemerintahan Biden sendiri telah setuju dengan deklarasi oleh pemerintahan Trump di hari-hari terakhir jabatannya bahwa Tiongkok telah melakukan genosida di Xinjiang.***
 

Editor: Nur Annisa

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x