Protes Pecah Menentang Kudeta Aung San Suu Kyi, Myanmar Berlakukan Darurat Militer di Mandalay

- 9 Februari 2021, 09:45 WIB
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu, 6 Februari 2021. Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi.
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu, 6 Februari 2021. Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. /Reuters/

"Saat demonstrasi damai tumbuh, risiko kekerasan menjadi nyata. Kita semua tahu apa yang mampu dilakukan tentara Myanmar: kekejaman massal, pembunuhan warga sipil, penghilangan paksa, penyiksaan, dan penangkapan sewenang-wenang," kata Tom Villarin dari ASEAN Parliamentarians for Hak Asasi Manusia berkata.

Baca Juga: Sering Tidak Akur, Tanda Zodiak Berikut Ini Sebaiknya Jangan Menjalin Hubungan

Militer Myanmar memerintah negara itu selama beberapa dekade sebelum mengizinkan pemerintahan sipil satu dekade lalu.

Aung San Suu Kyi menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam tahanan rumah karena penentangannya terhadap kediktatoran sebelumnya, memenangkan hadiah Nobel perdamaian atas usahanya.

Kyaw Zin Tun, seorang insinyur, mengatakan pada Senin ketika melakukan protes di Yangon bahwa dia ingat ketakutan yang dia rasakan saat tumbuh di bawah pemerintahan junta pada tahun 1990-an.

"Dalam lima tahun terakhir di bawah pemerintahan demokrasi, ketakutan kami telah disingkirkan. Tapi sekarang ketakutan kembali bersama kami, oleh karena itu, kami harus membuang junta militer ini untuk masa depan kita semua," pria berusia 29 tahun itu kepada AFP.***

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Channel News Asia AFP


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah