“Jumlahnya pasti meningkat,” ujarnya.
Pejabat AS mengkonfirmasi bahwa masih akan ada kasus baru yang sedang ditinjau.
Baca Juga: Pakai Kostum Nasional Komodo di Miss Universe 2020, Ayu Maulida Tampil Memukau dan Bikin Merinding
Meski demikian, atas sindrom Havana yang terjadi, publik lantas menafsirkan dan bertanya-tanya kembali bahwa mereka yang terkena sindrom mungkin adalah korban dari bentuk serangan misterius.
Pada Desember 2020, Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional menerbitkan laporan tentang cedera otak yang dialami pegawai pemerintah AS di Kuba dan China kemungkinan besar terjadi akibat beberapa bentuk energi terarah.
Cheryl Rofer, mantan ahli kimia di Laboratorium Nasional Los Alamos, masih mempertanyakan kesimpulan penelitian tersebut serta klaim dari para korban dan beberapa ahli yang mengatakan sindrom Havana adalah semacam senjata gelombang mikro yang dikembangkan musuh.
“Bukti tentang efek gelombang mikro dari tipe yang dikategorikan sebagai sindrom Havana itu masih sangat lemah,” tulis Rofer dalam Foreign Policy.
“Tidak ada ide pendukung yang menjelaskan bagaimana senjata itu akan bekerja. Tidak ada bukti yang diberikan tentang negara mana yang mengembangkan senjata semacam itu.
Klaim yang luar biasa membutuhkan bukti yang luar biasa juga, dan tidak ada bukti yang diberikan untuk mendukung keberadaan senjata misterius ini," lanjutnya. ***
Artikel Rekomendasi