Sebut PM Inggris 'Eksperimen' Cabut Aturan Pembatasan Covid-19, Pakar: Tekanan pada Sistem Kesehatan

- 7 Juli 2021, 12:20 WIB
Seorang pakar SAGE menilai Perdana Menteri Boris Johnson sedang eksperimen dengan mencabut aturan, padahal tekanan pada sistem kesehatan.
Seorang pakar SAGE menilai Perdana Menteri Boris Johnson sedang eksperimen dengan mencabut aturan, padahal tekanan pada sistem kesehatan. /Instagram/@borisjohnsonuk

“Tantangannya adalah, masih ada potensi untuk mendapatkan jumlah kasus yang sangat besar sehingga jika kita mendapatkan jumlah kasus yang sangat tinggi setiap hari, 150.000 atau 200.000 masih dapat menyebabkan tekanan pada sistem kesehatan,"

Baca Juga: Banyak Penimbun Sembako di Korea Utara, Kim Jong Un Pantau dengan Hukuman Mati

Senada dengan pernyataan pakar, Menteri Kesehatan Sajid Javid juga mengakui pembatasan mungkin harus kembali pada musim dingin ini, meskipun Boris Johnson sebelumnya mengklaim akhir dari penguncian akan "tidak dapat diubah".

Dia mengisyaratkan penguncian lokal akan mempertahankan kekuasaan hingga September, dan mungkin setelahnya.

"Ada risiko, saya pikir itu risiko nyata dari beberapa jenis varian yang resistan terhadap vaksin," ungkap Javid kepada Sky News.

"Belum ada tanda-tanda itu di mana pun, tetapi saya pikir itu adalah sesuatu yang tidak dapat dikesampingkan oleh siapa pun. Dan itulah mengapa masuk akal untuk mempertahankan beberapa kekuatan," tambahnya.

Baca Juga: Viral Foto Tentara Wanita Latihan Parade dengan Sepatu Hak Tinggi, Kemenhan Ukraina Panen Kecaman

Sebagai informasi, aturan memakai masker wajah, jarak sosial, kode QR, dan pemesanan di meja di pub tidak akan lagi menjadi persyaratan hukum mulai 19 Juli 2021 di Inggris.

Artinya, saat 19 Juli nanti, orang-orang akan diberitahu bahwa mereka dapat terus mengenakan masker di transportasi umum tetapi itu tidak akan menjadi keharusan, bahkan tidak akan menjadi persyaratan hukum di rumah sakit dan panti jompo.

Sontak saja, langkah Johnson tersebut telah memicu kemarahan dari kelompok disabilitas, yang mengatakan bahwa orang-orang yang rentan pada akhirnya akan menghindari transportasi umum.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Mirror


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah