PR PANGANDARAN - Taliban yang kini berhasil menguasai Afghanistan sedang memantau pertemuan antara Irak dan Prancis.
Prancis memperingatkan bahwa kebangkitan ISIS dapat mengancam keamanan negara lain.
Pertemuan kedua negara tersebut terjadi ketika Irak telah menjadi korban terorisme ISIS, Prancis mencoba untuk menjadi mediator antara negara-negara Arab dan Iran.
Baca Juga: Risiko Varian Delta untuk Orang yang Divaksinasi vs Orang yang Tidak, Ini Perbedaanya Menurut Ahli
"Kita semua tahu bahwa kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita, karena Daesh (IS) tetap menjadi ancaman, dan saya tahu bahwa perang melawan kelompok-kelompok teroris ini adalah prioritas pemerintah Anda," kata Macron, setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Mustafa. al-Kadhemi.
"Irak dan Prancis "adalah mitra kunci dalam perang melawan terorisme," tambah Kadhemi.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II terbang untuk menghadiri pertemuan itu, sementara menteri luar negeri musuh Iran dan Arab Saudi juga terlihat menghadiri pertemuan tersebut.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, perwakilan UEA, Sheikh Mohammed bin Rashid Al-Maktoum, serta Perdana Menteri Kuwait Sheikh Sabah Al-Khalid Al-Sabah dan menteri luar negeri Turki juga hadir.
Lebih mendesak dari sebelumnya
Irak berusaha memainkan 'peran pemersatu' untuk mengatasi krisis yang melanda kawasan tersebut, menurut sumber yang dekat dengan PM Irak.
Irak negara penghasil minyak terbesar telah kesulitan dalam menghadapi dua negara sekutu utamanya yaitu Amerika Serikat dan Iran.
Baca Juga: Link Live Streaming Ikatan Cinta 28 Agustus 2021: Menangis, Andin Relakan Reyna untuk Nino
Iran memberikan pengaruh besar di Irak melalui kelompok-kelompok bersenjata sekutu dalam Hashed al-Shaabi, jaringan paramiliter yang disponsori negara yang kuat.
Pihak Irak telah menengahi pembicaraan sejak April antara sekutu AS yaitu Arab Saudi dan Iran untuk memperbaiki hubungan yang terputus pada 2016.
"Benar-benar tidak mudah untuk menempatkan Saudi dan Iran di ruangan yang sama," kata sumber diplomatik Prancis.
Baca Juga: Kata Geni Faruk Ibu Atta Halilintar Soal Makna Kemerdekaan: Kita Belum Merdeka dari Lalai...
Namun seorang penasihat Kadhemi mengatakan bahwa kehadiran kedua menteri luar negeri itu sendiri merupakan sebuah 'keberhasilan'.
"Macron bertujuan untuk menyoroti peran Prancis di kawasan itu dan tekadnya untuk menekan perang melawan terorisme,"menurut sumber di kantor Macron.
"Presiden Prancis menganggap Irak 'penting' bagi stabilitas di Timur Tengah yang bermasalah," tambahnya.
Baca Juga: Pemerintah Jepang Laporkan 2 Kematian akibat Vaksin Covid-19 Moderna yang Terkontaminasi
Presiden Prancis mengatakan bahwa konferensi di Baghdad akan membuat kerangka kerja dalam memerangi terorisme.
"Konferensi Baghdad akan memungkinkan untuk meletakkan kerangka kerja sama dalam memerangi terorisme," kata Macron.
Sebuah afiliasi ISIS mengklaim bom bunuh diri Kamis di Kabul yang menewaskan puluhan orang, termasuk 13 anggota layanan AS.
"Serangan itu telah menghidupkan kembali kekhawatiran global bahwa organisasi teroris, yang merebut sebagian besar wilayah Suriah dan Irak sebelum diusir dari kedua negara, muncul lagi," kata para analis.
Ledakan itu terjadi pada hari-hari terakhir evakuasi pimpinan AS dari Afghanistan setelah pengambilalihan kuasa oleh Taliban.***
Artikel Rekomendasi