Aksi itu sebagai penanda adanya pembangkangan terhadap rezim militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta, menangguhkan demokrasi dan membatasi kebebasan berekspresi.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Harga Vaksin Covid-19 di Brasil hanya Rp28 Ribu? Simak Kebenarannya
Namun, berdasarkan rilis kantor berita Reuters, mengungkap bahwa pemerintah justru berlaku diluar norma. Para demonstran ditindak secara brutal, diseret, dipukul dan disemprot gas air mata.
Kini, pemerintah Thailand terus mengeluarkan beragam cara untuk menghentikan aktivitas demo dengan dalih Covid-19. Sebuah dekrit darurat melarang adanya pertemuan lebih dari lima orang telah dirilis.
Baca Juga: Baru Dibuka Kembali Usai 7 Bulan, Taj Mahal Langsung Dikelilingi Debu dan Gas Beracun akibat Polusi
Selain menghentikan aksi demontrasi yang dilabeli berakhir ricuh, pemerintah juga membungkam wartawan dengan meluncurkan pembatasan media.
Segera setelah tindakan tersebut diberlakukan, polisi anti huru hara 'membersihkan' pengunjuk rasa dari Gedung Pemerintah dan setidaknya tiga pemimpin protes ditangkap.
Reaksi pemerintah
Istana Kerajaan tidak mengomentari protes dan tuntutan reformasi meskipun permintaan diajukan rakyat berulang kali.
Baca Juga: ShopeePay Hadirkan ShopeePay Talk: Bertumbuh Lewat Bisnis Delivery Online Bersama Steak 21
Artikel Rekomendasi