Muslim Sri Lanka Alami Gejolak Batin Dahsyat, Kini Jenazah Covid-19 Wajib Dikremasi

- 17 Desember 2020, 13:25 WIB
Upacara kremasi jenasah terlantar di Krematorium taman Mumbul. 30 jenasah yang tersimpan sejak tahun 2017 hingga 2020 di RSUP Sanglah dikremasi Senin-Selasa 10 November 2020
Upacara kremasi jenasah terlantar di Krematorium taman Mumbul. 30 jenasah yang tersimpan sejak tahun 2017 hingga 2020 di RSUP Sanglah dikremasi Senin-Selasa 10 November 2020 /Dok Humas RSUP Sanglah

Sementara diketahui, di Sri Lanka sebanyak 10 persen dari 21 juta penduduk merupakan muslim.

Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur Sebut Hidupnya Seperti Baterai 10 Persen: Belajar Tengkurep Aja Dua Kali

Sejak berakhirnya perang berdarah selama puluhan tahun antara separatis Tamil dan militer pada 2009, muslim menghadapi permusuhan yang meningkat dari nasionalis Buddha Sinhala.

Kelompok garis keras menuduh Muslim memiliki tingkat kelahiran yang tinggi dan memaksa orang untuk masuk Islam untuk mengurangi mayoritas Buddha Sinhala di Sri Lanka, yang merupakan 70 persen dari populasi negara itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, Biksu Buddha garis keras  menargetkan rumah dan bisnis Muslim, serta tempat ibadah mereka.

Baca Juga: Bunuh Majikan Sendiri, Begini Sisi Lain Pelaku yang Tidak Diketahui, Ternyata Sejak Umur 12 Tahun...

Permusuhan meningkat setelah serangan bunuh diri mematikan di gereja dan hotel pada April 2019 yang diklaim oleh kelompok ISIS.

Pemerintah Sri Lanka memberlakukan kebijakan kremasi pada Maret, dengan mengatakan virus corona dapat mencemari air bawah tanah.

Tindakan itu menuai kritik dari PBB dan kelompok hak asasi, serta politisi oposisi di Sri Lanka.

Baca Juga: Baru Melahirkan, Anjing Ini Justru Dipukul Warga, Tim Kesehatan Beberkan Kronologinya

Halaman:

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah