"Saya mendapat cedera peluru di dekat pinggul saya di sisi belakang. Saya mengambang di atas air. Kemudian saya ditemukan terbaring, di dekat tepi sungai tidak sadarkan diri," jelasnya terbata penuh pilu.
Baca Juga: Kabar Duka, Steven Kaligis Vokaslis Steven and Coconut Treez Meninggal Dunia
Dari orang tua dan lima saudara kandungnya, Zoora dan adik laki-lakinya adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian itu.
"Setelah saya mendapat cedera peluru, saya pikir saya akan mati," katanya.
"Saya tidak bisa mentolerir rasa sakit dan terbakar di daerah saya yang terluka. Orang-orang menggendong saya dan memberi saya makanan tapi saya tidak bisa makan," tambahnya.
Zoora sedang dalam perjalanan ke sebuah kamp pengungsi yang luas di Bangladesh yang akan menjadi rumah bagi puluhan ribu orang Rohingya.
"Pemahaman saya tentang perjalanan Zoora adalah, itu akan mirip dengan yang dilakukan oleh ribuan pengungsi," Ashish menjelaskan.
"Itu akan naik gunung, melalui hutan, melintasi hutan, dan mengarungi labirin sungai.
"Kami tahu bahwa perbatasan di beberapa tempat ditambang secara besar-besaran oleh tentara Myanmar."
Artikel Rekomendasi