PBB Sebut Konflik Senjata di Myanmar Memaksa 230.000 Orang Mengungsi

- 25 Juni 2021, 15:30 WIB
Bendera Myanmar.
Bendera Myanmar. /Pixabay.com/David Peterson

"KNU akan terus berjuang melawan kediktatoran militer dan memberikan perlindungan sebanyak mungkin kepada orang-orang dan warga sipil tak bersenjata," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Reuters.

Protes anti-junta berlangsung di Negara Bagian Kachin, Dawei, Wilayah Sagaing dan ibu kota komersial Yangon pada hari Kamis, dengan para demonstran membawa spanduk dan membuat gerakan tiga jari menentang.

Baca Juga: Sudah Divaksin Covid-19? Inilah yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Menurut Kemenkes RI

Beberapa menunjukkan dukungan bagi mereka yang menentang kekuasaan militer di Mandalay, kota terbesar kedua, tempat terjadi baku tembak antara tentara dan kelompok gerilya yang baru dibentuk pada Selasa, tanda pertama bentrokan bersenjata di pusat kota besar sejak kudeta.

Setidaknya 877 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan dan lebih dari 6.000 ditangkap sejak kudeta, menurut Asosiasi Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok advokasi yang telah dinyatakan junta sebagai organisasi ilegal.

Upaya diplomatik oleh negara-negara Asia Tenggara untuk mengakhiri krisis dan memulai dialog telah terhenti dan para jenderal mengatakan mereka akan tetap pada rencana mereka untuk memulihkan ketertiban dan mengadakan pemilihan dalam dua tahun.***

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah