PR PANGANDARAN - Pernyatan Presiden Prancis, Emmanuel Macron hingga kini masih menjadi perbincangan hangat publik di berbagai penjuru negara.
Pasalnya, pernyataan Emmanuel Macron tidak akan menyerah terhadap kaum radikal Islam, meskipun mendapat kecaman dari negara-negara muslim.
Diketahui sebelumnya, pada 16 Oktober 2020 beberapa waktu lalu, Prancis dihebohkan dengan peristiwa dipenggalnya seorang guru menengah pinggiran kota, Samuel Paty oleh seorang remaja bernama Chechnya (18).
Baca Juga: Cek Fakta: Obat Flu Diklaim Tingkatkan 440 Persen Ancaman Tertular Covid-19, Tinjau Kebenarannya
Samuel Paty dipenggal usai menunjukkan karikatur (kartun) Nabi Muhammad kepada murid-muridnya selama pelajaran.
Dalam hal ini, Macron menyebut bahwa Prancis memiliki kebebasan berekspresi, hingga menganggap hal tersebut sebagai aksi terorisme.
Pernyataan Emmanuel Macron terkait hal tersebut lantas menimbulkan kontroversi di berbagai penjuru negara, bahkan Indonesia.
Baca Juga: Geger! Israel Hina Nabi Muhammad saw Lewat Lagu Suporter Bola, Liriknya Pertanyakan Asal Usul Nabi
Akibatnya, banyak negara yang mengecam kebijakan Prancis karena dianggap telah menghina Islam. Bahkan di beberapa negara mayoritas Muslim, dan beberapa negara lain telah melakukan unjuk rasa dan menyerukan boikot barang Prancis.
Prancis yang gelisah akan hal tersebut mengklarifikasi kesalahpahaman tentang niat Prancis di dunia Muslim.
Artikel Rekomendasi