Siap Akhiri Dukungan AS untuk Perang Saudi, Joe Biden akan Perjelas Hubungan Amerika dan Arab Saudi

- 12 November 2020, 14:50 WIB
Presiden Terpiih AS Joe Biden.*
Presiden Terpiih AS Joe Biden.* /Instagram @joebiden/.*/Instagram @joebiden

PR PANGANDRAN – Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden telah memperjelas posisinya mengenai Arab Saudi dan perangnya di Yaman.

Dalam dua tahun terakhir, Biden mengatakan pemerintah Arab Saudi memiliki ‘nilai penebusan sosial yang sangat kecil’.

Ia juga mengatakan bahwa Riyadh telah membunuh anak-anak dan orang-orang tak berdosa di Yaman.

Baca Juga: Ramalan 12 Zodiak Hari Ini, Lengkap Soal Asmara hingga Kesehatan, Cancer Berhenti untuk Pura-pura!

Di bawah pemerintahan Biden-Harris, mereka akan menilai kembali hubungan Amerika Serikat dengan Kerajaan Arab Saudi.

Lebih lanjut, Biden menyebut akan mengakhiri dukungan Amerika Serikat untuk perang Arab Saudi di Yaman.

Serta lebih jauh lagi memastikan Amerika tidak menjual senjata atau membeli minyak. Hal ini diungkapkan oleh Biden pada bulan Oktober.

Baca Juga: Gisel Tonton Video Syur Mirip Dirinya hingga Merasa Dirugikan, Netizen: Tetap Kawal 19 Detik Bun

Selaras dengan pernyataan tersebut, Perwakilan Amerika Serikat Ro Khanna membuat teweet .

Demokrat akan berhenti mendanai perang Saudi di Yaman,” tulisnya.

Dorongan untuk menghukum Arab Saudi memiliki argumentasi yang jelas.

Hal ini berkaitan dengan perang kemanusiaan yang terus berlanjut di Yaman, pembunuhan pembangkang Saudi, Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018.

Baca Juga: Turki Luncurkan Strategi Pertumbuhan Ekonomi yang Baru, Erdogan: Kita Berada di Jalur yang Benar

Serta dukungan terbuka pemerintahan Trump untuk Arab Saudi di sepanjang urusan ini.

Selain miliaran dolar dalam penjualan senjata, Amerika Serikat juga memberikan dukungan logistik dan intelijen.  Hal ini dilakukan dalam upaya mendukung perang Saudi di Yaman.

Bahkan sebelumnya Amerika Serikat mengisi bahan bakar pesawat Saudi dalam penerbangan.

Baca Juga: Alami Sembelit dan 'Mengejan' Keras, Seorang Wanita Tiba-tiba Kehilangan Ingatan 10 Tahun yang Lalu

Pada April 2019, resolusi bipartisan mengakhiri keterlibatan Amerika dalam perang disahkan oleh kedua majelis Kongres  hanya untuk diveto oleh Trump.

Pada saat itu, presiden membela tindakannya dengan mengatakan perdamaian di Yaman hanya bisa datang melalui ‘penyelesaian yang dinegosiasikan’.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah Biden akan lebih beruntung dalam menghasilkan solusi semacam itu.

Baca Juga: Benarkah Ada Hati yang Tersakiti di Pernikahan Jenita Janet? Intip 4 Fakta Seputar Akad Nikahnya

"Saya pikir pemerintahan Biden dapat memiliki dampak yang sangat positif dalam mengakhiri perang di Yaman," kata Gregory Johnsen, mantan anggota Panel Ahli Dewan Keamanan PBB untuk Yaman.

Lebih lanjut Johnsen juga menjelaskan bahwa kemungkinan besar Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang dapat memberikan tekanan diplomatik pada Arab Saudi.

“Memang, Amerika Serikat mungkin satu-satunya negara, yang  jika memang mau dapat memberikan tekanan diplomatik pada Arab Saudi untuk mengakhiri perang di Yaman,” jelasnya.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Takjub dengan Kepulangan HRS: Ramai Sambutan, Presiden dan Raja pun Kalah

Mengakhiri keterlibatan Saudi di Yaman tidak berarti konflik yang lebih luas di negara itu akan berakhir.

"Mengakhiri perang yang dipimpin Saudi di Yaman adalah langkah pertama, tetapi langkah berikutnya jauh lebih sulit,” katanya.

Johnsen mengungkapkan bahwa menyatukan kembali negara yang telah bersitegang akibat perang adalah persoalan yang jauh lebih kompleks.

Baca Juga: IAEA Sebut Iran Sudah Tak Bisa Dipercaya, Ternyata Selama Ini Menimbun Uranium 12 Kali Lebih Banyak

“Mengakhiri perang saudara Yaman dan menyatukan kembali negara," kata Johnsen sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Aljazeera.

Selain Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, perang di Yaman melibatkan banyak sekali pihak yang bertikai.

Di dalamnya termasuk pemerintah yang telah diakui secara internasional, pemberontak Houthi sekutu Iran, dan Dewan Transisi Selatan yang separatis.

Diketahui pertempuran di negara itu telah meningkat selama beberapa bulan terakhir dengan Houthi maju ke Marib.

Baca Juga: Bangkit dari Serangan Terorisme Mematikan, Austria Tetapkan 'Politik Islam', Polisi Basmi Komplotan

Jika pemerintahan Biden berhasil mendorong perundingan damai, itu mungkin terjadi karena Houthi memegang kendali di medan perang.

Dan itu tidak berarti bahwa hasil dari setiap kesepakatan yang dinegosiasikan akan mengakhiri perang di lapangan.

“Kita seharusnya tidak melebih-lebihkan apa yang dapat dilakukan pemerintahan Biden sehubungan dengan perang Yaman,” kata Nadwa Dawsari, seorang sarjana non-residen di Institut Timur Tengah.

Baca Juga: Trump 'Kucing-kucingan' dari Wartawan saat Tampil Perdana Usai Kalah, Tapi Cuitannya Kontroversial

Lebih lanjut Nadwa Dawsari mengungkapkan bahwa penyelesaian politik hanya akan memperumit perang Yaman.

“Penyelesaian politik dalam keadaan saat ini akan semakin memperumit perang Yaman dan bermain di tangan Houthi dan, secara default, Iran.”

Dawsari mengatakan Trump memberikan kebebasan di Yaman bagi Saudi dan Emirat. Sehingga ia berharap Biden tidak memberikan kemudahan bagi Iran di Yaman.

"Trump memberi Saudi dan Emirat kebebasan di Yaman," tambah Dawsari. Saya berharap Biden tidak akan melakukan hal sebaliknya dan memberikan kebebasan kepada Iran di Yaman.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah